Powered By Blogger

Selasa, 18 Desember 2012

Kekerasan Mahasiswa

Rektor: Kaji Kekerasan Mahasiswa

 

BENGKULU, KOMPAS.com - Rektor Universitas Bengkulu Zainal Muktamar minta dilakukan kajian terhadap problem hidup ataupun akademik mahasiswa karena hasil tersebut dinilai penting untuk mencegah kekerasan di kampus.
"Latar belakang ekonomi keluarga yang pas-pasan, sementara gaya hidup anak muda yang semakin hedonis ditambah beban studi yang berat dan bayang-bayang tantangan hidup pascalulus kuliah cukup potensial melahirkan ketakutan dan frustasi," kata Zainal pada acara wisuda periode ke-68 Universitas Bengkulu, Selasa (18/12/2012).
Selain itu, perlu evaluasi sistem dan pola pendidikan yang selama ini berlaku di kampus.Segala macam praktik kekerasan, baik fisik atau psikis, perlu segera diakhiri karena praktik pendidikan seperti itu bisa menimbulkan luka psikologis yang di kemudian hari mewujud dalam bentuk aksi kekerasan.
"Yang penting dievaluasi adalah budaya kekerasan yang dipraktikkan dalam orientasi mahasiswa baru sebab kegiatan tersebut seringkali menjadi ajang pelampiasan emosi senior atas junior. Jika ini yang terjadi, orientasi mahasiswa baru sesungguhnya telah mewujud sebagai metode mewariskan dan mengekalkan kultur kekerasan di kampus," ujarnya.
Rektor mengatakan, masa-masa menjadi mahasiswa adalah masa mencari jati diri.Ketika tidak memiliki organisasi ataupun kesibukan diluar jadwal kuliah, maka tidak ada hal yang bisa dilakukan dan buktikan kepada orang lain sehingga kekerasan menjadi jalan mereka mempertunjukkan kebolehan.
Menurut Rektor, kampus harus menyediakan wadah pencarian jati diri mahasiswa sebanyak-banyaknya. Tawuran jangan pernah dibiarkan menjadi kenangan nakal mahasiwa karena perselisihan yang menahun tersebut terwariskan ke generasi selanjutnya.
"Sebelum terjadi,mestinya dilakukan pencegahan yakni bagi dosen memasukkan pesan moral saat mengajar, bukan hanya dengan perkataan tetapi juga tindakan. Selain itu, jika mendapat dana, ajak mahasiwa melakukan penelitian bersama untuk memberikan wahana keterlibatan dalam aktivitas ilmiah," ujarnya.
Pada acara wisuda ke-68 tersebut Unib mewisuda sebanyak 985 orang terdiri atas program reguler sebanyak 838 orang dan non reguler sebanyak 147 orang dengan rata-rata lama studi lulusan satu tahun tujuh bulan untuk S2 dan empat tahun delapan bulan untuk S1.Rata-rata IPK untuk S2 sebesar 3,51 dan untuk S1 sebesar 3,08.
Selain itu, acara di gedung serbaguna Unib yang dihadiri juga oleh Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah tersebut juga menyambut kedatangan puluhan staf dosen yang baru kembali dari studi S2 atau S3 baik dari universitas di dalam maupun luar negeri.
sumber :  http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/18/18113517/Rektor.Kaji.Kekerasan.Mahasiswa

Senin, 17 Desember 2012

Pendidikan dan Demokrasi ala Tempe

Pendidikan dan Demokrasi ala Tempe

 http://tempe.files.wordpress.com/2010/12/mendidik-atau-memaksa.jpg

Fakta hubungan korelasional antara pendidikan dan demokrasi jelas terlihat di negara maju, dengan tingkat pendidikan tinggi memang banyak dijumpai di negara-negara yg menggunakan demokrasi. Pendidikan dan demokrasi apakah ada hubungan korelasional?.
Many forms of Government have been tried, and will be tried in this world of sin and woe. No one pretends that democracy is perfect or all-wise. Indeed, it has been said that democracy is the worst form of government except all those other forms that have been tried from time to time.”
—Winston Churchill (Hansard, November 11, 1947)
Churchill mengetahui bahwa demokrasi tidak hanya satu macam saja, dan harus selalu dikembangkan.

Mana duluan ?

Coba kita lihat saja dua region sebagai pembanding Asia dan Eropa (+Amrik).
Kalau dilihat dari region (area) negara-negara maju ini kebanyakan berada di Eropa dan Amrik. Kedua region ini memang sejak awal sudah maju pendidikannya, kemudian menumbuhkan kesadaran berdemokrasi. Di Asia, Indonesia termasuk yg paling maju demokrasinya tapi terpuruk pendidikannya. Ntah mana yg salah tapi jelas di Indonesia sebelumnya lebih maju dari Malesa namun setelah reformasi dengan mengadop demokrasi gaya amrik (lebih ke liberal) malah terpuruk pendidikan maupun ekonominya. Sebelumnya Indonesia menganut demokrasi terpimpin gaya SoeKarno, dan Demokrasi Pancasila yang dipakai SoeHarto untuk berkuasa selama 32 tahun. Sayangnya SoeHarto keenakan jadi pemimpin sampai lupa, dan akhirnya dipaksa turun.

Reformasi masa perubahan

Reformasi merubah segala macam tatanan serta pikiran rakyat Indonesia, termasuk mengkritik, mengemukakan pendapat bahkan mencemooh presidennya. Disinilah terlihat saat demokrasi ‘versi Indonesia’ runtuh.
Reformasi yg di negara lain meruntuhkan kesatuannya, terutama terlihat di Rusia, sebagai contoh klasik. Indonesia berusaha mempertahakan kesatuannya, NKRI. Mempertahankan NKRI dibayar dengan biaya suangat mahal, dibayar dengan darah, materi, bahkan banyak kemunduran termasuk didalamnya pendidikan. Malesa, negeri jiran ini, tidak mengikuti Indonesia. Tetap tidak menjalankan demokrasi ala Amrik, tapi mempertahankan demokrasi versi malay. Ntah apapun tapi demokrasi gaya sendiri. Demokrasi dengan mempertahankan monarchy, dan mengadakan pemilihan umum.
Kenyataannya pendidikan serta ekonomi Malesa akhirnya melesat mendahului gurunya, Indonesia. Oh ya PMnya adalah muridnya SoeHarto, Mahatir. Hanya saja Mahatir murid yang pandai sehingga belajar dari gurunya, beliau turun tahta dengan gagah. Walau tetap tidak mengadop demokrasi liberal (amrik), Malesa justru maju karena mempertahankan “gaya lokal” mempertahankan “kearifan lokal“-nya. Tahu ndak kearifan lokanya ? RASIS. Ya rasis merupakan gaya lokal yg dipertahankan walau dicemooh negeri lain. Namun kenyataannyannya di Asia Malesa terlihat melesat setelah gonjang-ganjing ekonomi menjelang abad 21.

Fakta korelasional bukan kausal.

Demokrasi liberal pada kenyataannya memang berkorelasi denga negara2 yang paling maju. Tentunya harus diingat mereka maju pendidikannya sebelum mengadop demokrasi kampret, eh demokrasi liberal. Karena demokrasi kampret, eh liberal ini memerlukan tingkat pendidikan dan kesadaran politik yg tinggi, itulah yg menyebabkan negara-negara maju saat ini pas dan tepat menggunakan demokrasi liberal.
:( “Pakdhe, jadi harus pinter dulu baru berdemokrasi, atau demokrasi dulu supaya pinter ?”
:D “Faktanya, tidak selalu proses itu bisa dibalik dengan mudah”
Nah Indonesia “sudah terlajur” mengadopsi demokrasi kampret, eh demokrasi liberal. Segalanya dipilih langsung, voting menjadi salah satu bahkan satu-satunya cara memutuskan. Dan faktanya Indonesia terpuruk disisi ekonomi, pendidikan dan moralnya (morale=semangat)nya. Kebanggaan pada negerinya seakan menguap hilang secara tiba-tiba pasca reformasi. Tapi ada yg maju yaitu tingkat (indeks) korupsinya. Whallah !

Sejarah tidak dapat diulang,
Tapi masa depan dapat diperbaiki

Nah kalau menegok diatas, mana yg akan dilakukan. Kembali kemasa lalu jelas ndak mungkin. Mas Kja, Mas Komo, Pakde Pdst dan juga saya, sudah terbiasa ngablak mengkritik. Mana mungkin dicabut keleluasaan ngomongin pak presiden dan DPR. Ghihihi. Reformasi bukan proses reversable, bukan proses yang bisa diulang. Tapi perjalanan harus terus dilanjutkan.
Jogja merupakan propinsi istimewa karena masih menjalankan sistem monrachi. Pemimpinnya seorang Raja yang juga menjadi gubernur. Tahta raja di Jogja sudah bertahan hingga ke Sultan ke X, kalau saja satu generasi 20 tahun, maka fakta penting menunjukkan bahwa kerajaan ini telah berfungsi dengan baik selama 200 tahun. Dan juga harus diakui fakta bahwa Jogja memiliki tingkat pendidikan serta tingkat ekonomi bagus dibandingkan propinsi-propinsi lain.
Nah apakah sisa-sisa gaya kepemimpinan menggunakan kearifan lokal seperti yg ada di Jogja dihilangkan sekalian supaya kita bener-bener mutlak menjadi demokrasi kampret, eh demokrasi liberal ? Ataukah mencoba menggali ulang supaya mendapatkan jenis demokrasi gaya Indonesia yang pas dibadan kita ?
Sumonggo, silahkan saja.

sumber : http://tempe.wordpress.com/2010/12/27/pendidikan-dan-demokrasi-ala-tempe/

Pemerintah Dinilai Kurang Tanggap terhadap Pendidikan Moral

Pemerintah Dinilai Kurang Tanggap terhadap Pendidikan Moral 

  JAKARTA--MICOM: Pendidikan agama hingga kini masih diyakini banyak kalangan sebagai tulang punggung pendidikan moral bangsa.

Terutama pendidikan moral di kalangan anak anak dan remaja, pendidikan agama merupakan hal dapat menghentikan perilaku negatif anak bangsa.

banyak kalangan yang menyimpulkan masih banyak terjadi kenakalan bahkan tindakan krimnal yg dilakukan kalangan remaja akibat kurangnya atau tidak berjalannya pendidikan agama di sekolah.

Pendidikan agama yang hanya diberikan selama 2 hingga 4 jam seminggu dirasakan masih sangat kurang sehingga diperlukan pendidikan agama tambahan di luar pendidikan formal.

Bagi orang tua yang menyadari kondisi tersebut tidak segan-segan memasukkan anak mereka ke pendidikan agama nonformal, di kalangan muslim mereka mendidik anaknya di lembaga diniyah takmiliyah. Akibatnya lembaga semacam ini pun tumbuh menjamur di mana-mana.

Berdasarkan data 5 tahun lalu jumlahnya di Jabar hanya 12.000, kini sudah menjadi 27.000. Data Kemenag menyebutkan jumlah lembaga nonformal keagamaan seperti itu telah mencapai 73.000 saat ini.

Namun, keberadaan lembaga pendidikan agama nonformal semacam iini belum mendapat perhatian serius. Hingga saat ini kemenag belum memberikan honor khusus bagi guru pendidikan nonformal keagamaan tersebut.

Ketua Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah Jabar Asep Ely Gunawan, guru takmilah adalah pendidikan guru akherat yg honornya adalah ikhlas dan sedikit donatur dari orang tua. Di Cipayung honor guru tersebut hanya Rp600 ribu per tahun.

Dirjen Pendikan Agama Islam Kemenag prof Nur Syam, mengatakan pemberian gaji untuk guru diniyah masih terbentur birokrasi. Mereka harus di formalkan dulu. (OL-10) 

sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2012/11/11/365884/293/14/Pemerintah-Dinilai-Kurang-Tanggap-terhadap-Pendidikan-Moral

Filipina akan 'setujui' pendidikan seks

Filipina akan 'setujui' pendidikan seks

Protes menentang RUU

Parlemen Filipina dijadwakan mengesahkan rancangan undang-undang yang membuka jalan bagi pendidikan seks lebih luas dan alat kontrasepsi gratis.

Senat Filipina dijadwalkan mengadakan pemungutan suara hari ini (17/12) mengenai Rancangan Undang-Undang Kesehatan Reproduksi, RUU tersebut juga selanjutnya dibahas di tingkat Dewan Perwakilan Rakyat.
Salah seorang penggagas RUU, anggota Kongres Edcel Lagman menyatakan keyakinannya bahwa rancangan undang-undang yang akan digunakan untuk memberikan pendidikan seks lebih luas tersebut bisa disetujui.
RUU akan ditandatangani oleh Presiden Benigno Aquino bila Senat dan DPR menyetujui rancangan itu.
Para pemimpin agama Katolik di Filipina menentang keras RUU dan sejumlah kelompok menggelar serangkaian demonstrasi di negara dengan penduduk 100 juta jiwa dan 70% adalah pemeluk Katolik.
Mereka berpendapat peraturan yang membolehkan pendidikan seks dalam skala lebih besar dan pemberian alat kontrasepsi secara cuma-cuma akan mendorong seks pranikah dan mengarah pada legalisasi aborsi.
Rancangan Undang-Undang dianggap sebagai cara menekan pertumbuhan penduduk, mengurangi kemiskinan, dan menekan tingkat kematian ibu.

sumber : http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/12/121217_pendidikan_filipina_seks.shtml

Februari, Buku Pelajaran Baru Digandakan

Februari, Buku Pelajaran Baru Digandakan

 

MATARAM, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menargetkan proses penggandaan buku pelajaran terkait kurikulum baru pada bulan Februari mendatang. Buku ajar ini akan diperbanyak setelah silabusnya rampung disusun.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa substansi buku ajar berada sepenuhnya di tangan pemerintah. Saat ini silabus untuk buku ajar bagi guru dan siswa masih dimatangkan lagi agar Februari proses penggandaannya dapat langsung dilaksanakan.
"Setelah rumusan dan silabusnya selesai baru digandakan. Sekitar Februari nanti akan digandakan," kata Nuh seusai mengunjungi Pondok Pesantren Nadhlatul Wathon di Pancor, Nusa Tenggara Barat, Minggu (16/12/2012).
Untuk wewenang penggandaan buku ajar ini sendiri, pihak kementerian akan menyerahkan pada tiap pemerintah daerah. Dengan demikian, masing-masing daerah dapat memperbanyak buku ajar sesuai kebutuhan berdasarkan jumlah guru dan siswa.
"Silakan diperbanyak nanti yang penting substansinya hanya satu dan itu kami yang pegang," ujar Nuh.

Sementaran untuk pembahasan silabus sendiri telah dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud pada awal Desember lalu dengan melibatkan para guru, dosen dan ahli pendidikan. Penyusunan silabus ini dilakukan agar konten dalam buku ajar tetap terjaga dan tidak terkontaminasi hal-hal yang semestinya tidak diperuntukkan bagi anak.

sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/17/08444348/Februari.Buku.Pelajaran.Baru.Digandakan

Kurikulum 2013 Dorong Anak Berpikir Lebih Ilmiah

Kurikulum 2013 Dorong Anak Berpikir Lebih Ilmiah

 
MATARAM, KOMPAS.com - Meski banyak meraih prestasi gemilang di kancah dunia dalam berbagai olimpiade sains dan matematika, rata-rata kemampuan berpikir anak Indonesia secara ilmiah tetap dianggap masih rendah. Hal ini sempat dimunculkan lewat penelitian Trends in International Mathematics and Science Study 2007 (TIMSS).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa kurikulum baru yang tengah menjalani fase uji publik ini bertujuan utama membangun kemampuan berpikir anak secara ilmiah. Dia yakin bahwa ini akan berdampak baik mengingat banyaknya laboratorium alami yang dapat dieksplorasi oleh anak-anak.

"Kita ini punya laboratorium terlalu banyak. Jadi semestinya bisa kita dorong lagi anak-anak ini agar mampu berpikir scientific," kata Nuh, seusai mengunjungi Pondok Pesantren Nadhlatul Wathon di Pancor, Nusa Tenggara Barat, Minggu (16/12/2012).

Dia menambahkan bahwa dengan tingginya intensitas anak melakukan observasi langsung tentang fenomena alam di lapangan, mereka dapat lebih yakin terhadap suatu hal. Selanjutnya akan muncul berbagai pertanyaan kritis dari rasa ingin tahu anak-anak ini terhadap fenomena alam yang sedang diobsevasi.

"Ini aktivitas intelektual akan berjalan. Kalau sudah begini, tinggal diajari untuk menalar sesuatu. Transfer ilmu pun terjadi," jelas Nuh.

Selama ini, anak-anak malas mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya karena kemampuan berpikir mereka dibelenggu pada hal-hal yang sifatnya biner. Intinya jika anak menjawab tidak sesuai dengan guru, maka jawaban mereka langsung disalahkan tanpa dilihat proses anak menjawab.

"Kurikulum baru ini nanti tidak boleh seperti itu. Anak diberi ruang. Sekarang kalau kurikulum nggak diubah ya nggak dapat apa-apa," tandasnya.
sumber : edukasi.kompas.com/read/2012/12/17/13534230/Kurikulum.2013.Dorong.Anak.Berpikir.Lebih.Ilmiah

 

Selain Miyabi, Juga Ada Anang dan Ashanty

Selain Miyabi, Juga Ada Anang dan Ashanty

Selain Miyabi, Juga Ada Anang dan Ashanty 
MOJOKERTO, KOMPAS.com — Lembar Kerja Siswa (LKS) Bahasa Inggris yang digunakan di SMP di Kota Mojokerto tak cuma memuat gambar aktris porno Jepang Maria Osawa alias Miyabi. Di dalam LKS itu pun termuat gambar sejumlah bintang Ibu Kota, seperti Dude Herlino hingga pasangan duet Anang Hermansyah dan istrinya, Ashanty.

Namun, di dalam buku itu tak ada satu pun gambar tokoh atau pahlawan nasional seperti lazimnya buku-buku pelajaran. Hal ini terungkap saat Kepala SMP Islam Brawijaya Mojokerto Sukisno memeriksa buku LKS Bahasa Inggris tersebut, Kamis kemarin.

Semula, Sukisno mengaku tak tahu jika di dalam buku LKS yang dipakai sekolahnya ada gambar Miyabi. Mendengar pertanyaan wartawan, Sukisno bergegas ke ruang kelas dan menanyakan hal itu kepada murid.

Benar saja, para murid kelas tiga dengan yakin menjawab  di dalam LKS mereka ada gambar Miyabi. Mereka pun tak sungkan mengakui tahu siapa Miyabi.

Seperti diberitakan, para pelajar kelas tiga SMP di Mojokerto diperkenalkan dengan Maria Ozawa. Foto perempuan yang sempat menggemparkan Indonesia dengan filmnya Menculik Miyabi ini terpajang pada halaman 36. Ada di Bab 2 Could You Report It? pada task 6.

Dalam halaman ini, siswa diharapkan mengetahui dan mendiskripsikan gambar yang disajikan dalam soal. Setelah diteliti lebih jauh di dalam LKS itu pun memuat sejumlah bintang Ibu Kota, tanpa ada satu pun gambar tokoh ataupun pahlawan nasional.
sumber : http://regional.kompas.com/read/2012/09/21/13134742/Selain.Miyabi.Juga.Ada.Anang.dan.Ashanty

Selisik SNMPTN 2013

Selisik SNMPTN 2013

Hingar bingar pemberitaan di media massa pada waktu yang lalu tentang pemberitaan penghapusan SNMPTN 2013 sempat membawa angin berisik. Ada kalangan tertentu yang sempat bingung dengan pemberitaan tersebut. Bukan hanya itu saja, melainkan juga pemberitaan tersebut sempat menjadikan bahan pertanyaan bagi eksistensi suatu lembaga/ instansi tertentu. Instansi yang dimaksud bukanlah sekolah formal, melainkan bentuk sekolah informal seperti bimbingan belajar. Beberapa dari mereka mungkin sempat berpikir kiprahnya akan mengalami sedikit penurunan daripada tahun-tahun sebelumnya. Bahkan target-target yang sudah direncanakan dimungkinkan akan berkurang. Itulah sedikit gambaran yang dialami sebagian masyarakat pegiat kualitas pendidikan melalui bimbingan belajar. Namun, kekhawatiran itu akhirnya sirna seiring pemberitaan akan dihapuskannya sistem Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) masih dalam wacana.
Memang tidak dipungkiri bahwa keberadaan sebuah bimbel pada masa kekinian masih tetap dijadikan sebagai tempat atau wadah untuk menambah pengetahuan secara akademik. Terlebih lagi dengan momok yang menakutkan UN 2013 yang nilai kelulusannya tidak pernah turun alias tetap meningkat. Dengan demikian, tidak heran bila jumlah siswa yang ikut bimbel semakin bertambah dengan puncaknya menjelang ujian SNMPTN 2013.
Kembali ke persoalan pemberitaan penghapusan SNMPTN 2013. Pemberitaan tersebut jelas-jelas belum keputusan final. Jadi, sebenarnya SNMPTN 2013 masih tetap berlaku hanya saja tentu berbeda konsepnya dengan SNMPTN 2012 tahun lalu. Memang secara umum ujian yang diberlakukan oleh pemerintah lewat pihak Kementerian Pendidikan Nasional sistem penerimaan mahasiswa ada tiga jenis, yaitu SNMPTN, SBMPTN, dan Ujian Mandiri. Ketiga sistem penerimaan di atas memiliki ketentuan-ketentuan tertentu. Berikut sedikit gambaran mengenai ketiga sistem ujian tersebut.
Pertama, untuk SNMPTN tahun 2013 ini ketentuannya sudah berbeda dengan tahun lalu. Kalau tahun lalu SNMPTN bertujuan menerima mahasiswa lewat ujian tertulis dengan biaya sekitar Rp150.000,00 s.d. Rp175.000,00, sedangkan untuk tahun ini SNMPTN sistemnya tidak seperti itu. SNMPTN 2013 tidak lagi dilangsungkan dari ujian tulis, tetapi hanyalah jalur undangan saja. Keuntungan dari sistem ini adalah segala biaya digratiskan oleh pemerintah. Dari kebijakan ini jelaslah pemerintah berkomitmen untuk mengurangi angka putus sekolah terlebih lagi angka untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, memang banyak calon-calon mahasiswa yang pintar secara kognitif, tetapi karena kekurangan dana pada akhirnya tidak bisa mendaftar. Hal inilah yang menjadi alasan pemerintah sehingga membebaskan biaya pendaftaran. Dari jalur SNMPTN 2013 kuota calon mahasiswa yang akan diterima 50% dari daya tampung perguruan tinggi dengan kriteria penerimaan utama dari hasil nilai rapor ditambah nilai UN. Cara pendaftarannya hampir sama dengan jalur undangan tahun lalu yaitu setiap kepala sekolah harus mendaftarkannya.
Kedua, untuk SBMPTN 2013 (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada jalur ujian inilah sebagai pengganti SNMPTN 2012. Penerimaan calon mahasiswa lewat SBMPTN kuotanya 30% atau diperkirakan 90.000 mahasiswa dengan model ujiannya yaitu TPA (Tes Potensi Akademik) dan TBSP yang diselenggarakan pihak Majelis Rektor PTN dengan tentu adanya pembayaran.
Ketiga, untuk Ujian Mandiri 2013. Pada jalur ini calon mahasiswa boleh mendaftar, tetapi dengan ketentuan Perguruan Tinggi Tertentu. Artinya, segala kebijakan yang dilakukan mutlak oleh perguruan tinggi tersebut. Kuota pada jalur ini sebanyak 20% atau 60.000 mahasiswa. Kebijakan yang dimaksud berupa kebijakan mutlak yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak tertentu. Misalnya, kebijakan seperti yang diberlakukan ITB dalam pemberitaan bahwa lebih mengutamakan calon-calon mahasiswa yang berdomisili di Jawa Barat.
Berikut beberapa penanggalan penting terkait dengan penerimaan SNMPTN tahun 2013.
· Pendaftaran awal pada http://pdss.snmptn.co.id pada taggal 17 Desember s.d 7 Februari 2013
· Pendaftaran SNMPTN dan verifikasi data pada tanggal 1 Februari s.d. 8 Maret 2013 pukul 22.00 WIB
· Seleksi SNMPTN pada taggal 9 Maret s.d. 27 Mei 2013
· Pengumuman SNMPTN pada tanggal 28 Mei 2013 pada pukul 18.00 WIB
· Untuk ujian tulis pada jalur SBMPTN pada tanggal 11 s.d. 12 Juni 2013.
Semoga pada tahun 2013 ini penerimaan mahasiswa akan benar-benar sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tentunya dengan tidak adanya pemberitaan yang menciderai sistem pendidikan nasional. Semoga saja….

Stop Bibit-Bibit Premanisme di Sekolah

Stop Bibit-Bibit Premanisme di Sekolah
Mengurai identitas guru BK (Bimbingan dan Konseling) sebagai polisi sekolah
Guru BK Jangan Seperti Polisi Sekolah, yang menurut Ikhsan (Kepala Dinas Pendidikan Surabaya) BK masih menjadi polisi sekolah dan kurang efektif. Kutipan dari pemberitaan koran di Jawa Timur tertanggal 05 Nopember 2012, memiriskan hati para guru BK. Upaya pemerintah untuk mengatur Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) seideal dan seoptimal mungkin, khusus tentang Standarisasi Kualifikasi Akademis dan Kompetensi Konselor kurang dipahami oleh banyak pihak.
Maraknya kenakalan remaja yang belakangan ini sering terjadi; tawuran antar pelajar, kasus video porno pelajar, pengguna narkoba dan yang menghebohkan belakangan ini arisan seks yang dilakukan pelajar di Situbondo Jawa Timur, mengoyak harga diri bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kemanusian, keadilan dan keberadaban. Mutu dan tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa seakan-akan jauh tungku daripada bara api. Tidak menghasilkan generasi bangsa yang cerdas dan bermartabat tinggi.
Walhasil, tingkat kekerasan yang dilakukan pelajar menjadi kurikulum tersendiri di sekolah, kurikulum berbasis “premanisme”. Bongkar pasang Sisdiknas dengan kurikulum tambal sulam diupayakan. Terakhir kurikulum Pendidikan Berkarakter Bangsa dan Berbudaya dicanangkan, sebagai pelengkap dari kurikulum sebelumnya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), seakan jadi jawaban pemerintah atas terjadi perilaku kenakalan pelajar tersebut. Bangsa yang dulunya memiliki nilai luhur bijaksana seperti; teposeliro, gotong-royong, saling asah-saling asuh, mulai luntur dari kosa kata hati dan sanubari generasi bangsa.
Bibit Kenakalan Remaja
Perilaku premanisme dan kenakalan remaja tidak datang dengan sendirinya, ada pola dan modus tertentu. Para analis mengatakan kenakalan pelajar ini tumbuh karena sifat kompetitif individu dan kelompok sosial pelajar; geng motor, club olahraga, organisasi ke pemudaan dll. Namun melalui kacamata strukturalis-fungsional, yang lebih berbahaya adalah perilaku premanisme dianggap mulai tumbuh di sekolah akibat fungsi elemen sekolah tidak dijalankan sesuai prosedur yang benar.
Munculnya anggapan ini karena sekolah tidak mampu menyelesaikan problem perkembangan psikologis siswa. Akar masalahnya berawal dari kasalahan treatmen dalam menghadapi disfungsi psikologis siswa, seperti sifat bandel, bolos sekolah, terlambat, berbohong dll, yang kemudian dilakukan tindakan kekerasan fisik maupun mental.
Selain itu, kesalahpahaman yang masif dikalangan pelajar, orangtua bahkan pemerhati pendidikan, nilai premanisme sengaja terjadi dan membudaya dibangun atas dasar guru konselor atau BK (bimbingan dan konseling) yang berdiri sebagai “polisi sekolah”. Layaknya keberadaan polisi di tengah masyarakat, BK melakukan tindakan khusus mencari cela titik kesalahan yang dilakukan siswa. Tak jarang melakukan penindakan, pendisplinan dan penghukuman terhadap siswa yang bersalah. Dengan ini hubungan BK dengan siswa disamakan hubungan preman dengan polisi yang selalu bertindak tegas dan keras.
Faktor lain munculnya budaya kekerasan di sekolah adalah tuntutan secepatnya menyelesaikan masalah siswa oleh pihak pemangku kepentingan sekolah. Kepentingan politik pencitraan tiap sekolah, yakni menjaga diri jangan sampai menjadi “sekolah bermasalah”. Akibat kepentingan ini sekolah menjadi instan dalam melaksanakan management mutu evaluasi diri sekolah. Skala 100% kelulusan siswa dijadikan satu-satunya mutu keberhasilan pengajaran. Sedangkan tuntutan pembinaan akhlak mulia siswa dijadikan tujuan pelengkap. Siswa bermasalah dijadikan “subyek lain” dalam proses pendidikan dan cenderung dikeluarkan. Fatalnya siswa yang dikeluarkan ditampung oleh kelompok-kelompok tidak bertanggung jawab di luar sekolah.
Kesalahan berpikir selanjutnya adalah salah menempatkan nilai “profesionalitas” guru yang membabi-buta. Paradigma guru BK yang masih dipahami secara konvensional oleh berbagai pihak, memberi bayang-bayang guru BK tetap dalam karakter kejam, berwajah bengis, dan galak agar siswa takut dan tunduk. Profesionalisme tidak dipahami sebagai tanggung jawab kolektif antar berbagai elemen sekolah.
Bisa diambil contoh, ketika ada kesulitan, permasalahan bahkan berujung pada kenakalan remaja, guru cenderung ambil jalan pintas dengan menyerahkannya pada BK, tidak mengindahkan terlebih dahulu tanggung jawab profesi keguruan yang melekat padanya. Walhasil, guru BK akan berjalan timpang, berdiri sendiri dan selalu disudutkan sebagai biro penerima masalah dan siswa yang datang dicap bermasalah. Siswa pun semakin buta atas jatidirinya. Siap-siap menghadapi sidang BK. Fatalnya, sidang BK membentuk siswa menjadi individu pemalu atau sebaliknya brutal, dan munculnya indikasi penyelewengan psikologis dan sosial. Diakibatkan BK dijadikan sebagai penghukum siswa bukan pengacara/advokat atas permasalahannya.
Menimbang hal di atas, kredibilitas guru BK di sekolah pun dipertanyakan. Skala keberhasilan menyelesaikan persoalan siswa yang wajib diemban BK relatif kurang mencapai taraf yang membanggakan dan diharapkan. Tak hayal keberadaan BK difungsikan sebagai pelengkap sistem pendidikan di lembaga yang ada.
Beda Polisi dengan BK
Kalau pun benar BK bersikap tegas seperti polisi yang menyidik dan mendisiplinkan, tetapi yang perlu digarisbawahi, dengan sikap dan tindakan penanganan yang berbeda pula, nilai dan karakternya. Bukan langsung main tilang sembarangan maupun tegas melakukan penahanan ala polisi. Ketegasan BK masih dalam koridor kode etik profesi konselor. Ketegasan yang bertujuan menemani siswa dalam pengentasan masalah yang dialaminya. Mengiringi siswa mengambil keputusannya sendiri sesuai bobot dan kemampuan perkembangan psikologis.
Ketegasan BK bisa berbentuk perubahan hukuman fisik dengan hukuman Psikososial. Kerangka teoritisnya menancapkan kefahaman bahwa konsekuensi suatu keadaan terjadi atas sebab dan akibat yang dilakukan. Dalam proses penghukuman ini dititikberatkan pada eksplorasi perilaku kehidupan; norma dan etika (benar-salah, pantas-tidak pantas) sehingga memberi pembelajaran hidup bermasyarakat. Siswa secara dewasa memahami dirinya sendiri, baik kesadaran-kesadaran yang selama ini tidak dihiraukannya, asosial, egois, hedonis dan lain sebagainya. Dengan ini siswa siap memasuki kehidupan masa depannya yang cerah dan berani menghadapi kondisi sosial kemasyarakatan.
Mekanisme hukuman di atas searah dengan Peraturan Menteri Pendidikan tahun 2008 pasal 2 yang menjelaskan bahwa, Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum.
Pengukuhan identitas BK
Lima fungsi Profesionalisme BK yang mencakup; pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan, dan terakhir advokasi baik secara pribadi, sosial, belajar dan karir, harus disosialisasikan kepada semua pihak, baik formal maupun non-formal. Tugas BK tidak terbatas di sekolah namun lingkungan yang mendukung pada terbentuknya siswa yang baik dan berakhlak mulia merupakan patner BK di mana pun keberadaannya.
Bagi guru BK maupun pimpinan sekolah yang kebetulan membaca tulisan ini, saya berkeyakinan bahwa kita tentu menghendaki sekolah dan siswa tumbuh semakin baik. Ada baiknya mempertimbangkan beberapa gagasan sederhana ini untuk melakukan penyempurnaan-penyempurnaan di beberapa bagian di sekolah, terutama yang berkaitan dengan ke-BK-an.
Satu, mengelaborasikan dengan berbagai pihak atas keberadaan BK dalam pengentasan permasalahan siswa. Karena bagaimanapun juga siswa tumbuh dan hidup berbudaya dengan kondisi sosial yang berbeda-beda. Siswa berubah karakter dan kepribadiannya boleh jadi karena lingkungan di luar sekolah. Sekolah adalah wahana yang tak lebih delapan jam seharinya selebihnya tanggung jawab kita bersama sebagai anggota masyarakat.
Dua, akui kode etik konselor yang memiliki prinsip kerahasiaan. Betapapun peliknya persoalan yang dihadapi sekolah, prinsip ini menjadi pintu terbukanya siswa meluapkan keluh-kesahnya. Kerahasiaan siswa tetap dijaga dan data-data yang terungkap darinya bisa dibuat pijakan prefentif tumbuhnya kriminalitas, premanisme dan kenakalan-kenakalan lainnya.
Ketiga, ubah gaya penghukuman fisik dengan hukuman psikososial, sehingga siswa memiliki gambaran positif atas perbuatan yang dilakukan siswa.
Ketiga langkah di atas tentu bukan mantra sulap “bim salabim” yang sakti mengubah keadaan dalam sekejap. Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang menerapkan kurikulum Berkarakter Bangsa dan Berbudaya, tentu memberi kesempatan seluas-luasnya kepada sekolah dan semua elemen bangsa untuk menjalankan fungsinya secara optimal agar menghasilkan generasi berpendidikan dan berjiwa seutuhnya.
Staff Pengajar MA & SMK Ihyaul Ulum Gresik

Menjadi guru yang istimewa

Menjadi guru yang istimewa


Menjadi guru tidaklah mudah karena harus siap mengatur lebih dari 20 “kepala” di setiap ruangan dengan pola pikir dan perilaku yang berbeda. guru tidak hanya harus siap dengan ilmu dan siap mengajarinya didalam kelas, lebih dari itu guru harus mengerti anak didiknya dengan baik. dalam dunia pendidikan peran guru adalah peran pengganti orangtua yang harus siap melakukan hal-hal yang mulia demi anak didik.
Untuk menjadi seorang guru yang baik tidaklah mudah, banyak hal yang harus dilakukan. hal ini tidak hanya terbatas pada penguasaan materi namun juga membangun professional development dalam hal mengajar. tanpa menguasai tehnik pengajaran akan sulit bagi guru untuk membuat anak didik paham akan apa yang diajari dan acapkali suasana kelas akan menjadi membosankan karena tehnik mengajar yang kaku.
berikut ini adalah beberapa poin untuk menjadi guru yang istimewa bagi anak didik :
1. Be relaxed and easy going
Sangat penting bagi guru untuk bersikap santai tanpa terburu-buru terlebih ketika mengajar. dan jadilah guru yang easygoing yaitu bersikap sewajarnya kepada siswa
2. Creative
Banyak sekali guru masih kurang kreatif ketika mengajar, kreatif disini bermakna memiliki ide-ide cemerlang ketika mengajar, tidak hanya terpaku pada buku bacaan (textbook) tapi juga memadukan (integrate) bahan ajar dari sumber-sumber lain dengan aktifitas yang bervariasi. hal ini akan membuat siswa lebih aktif (active learner) sehingga mereka akan merasa senang untuk terlibat dalam pembelajaran
3. Having knowledge of your subject - up to date
sangat penting bagi guru untuk memiliki pengetahuan tentang bahan yang diajarkan, tentu tidak harus memahami 100%. yang terpenting adalah kesediaan guru untuk belajar dari anak didik karena nantinya mereka akan bersedia untuk belajar dari gurunya. guru bukanlah orang yang mengerti semuanya jadi dalam hal ini peran siswa juga penting, jangan sekali-kali mengabaikan kemampuan siswa karena mereka terkadang lebih tahu dari gurunya. jadi sangat penting bagi guru untuk up to date dengan informasi terkini sehingga bahan ajar bisa selalu dipadukan dengan sumber-sumber terbaru.
4. Passion for your subject
Melakukan hal yang tidak kita sukai tentu membuat kita tidak 100% menekuninya. guru harus memiliki passion akan mata pelajaran yang ia ajarkan, dengan adanya kecintaan terhadap pelajaran maka keinginan untuk memperdalam ilmu akan selalu ada. motivatisi juga akan terus meningkat sehingga siswa juga akan merasa senang berada dalam kelas yang diasuh oleh guru yang memiliki passion.
5. Allow students to develop their understanding in different ways and different speeds
Masing-masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda dengan gaya belajar yang berbeda pula. sebagian dari mereka sangat mudah memahami pelajaran dan sebagian lainnya sangat sulit karena keterbatasan IQ. guru harus memahami ini dan berikan mereka waktu dan ruang untuk mengembangkan pemahaman mereka dengan cara yang berbeda. bagi mereka yang mudah belajar dengan cara mendengar (auditory learner) maka biarkan mereka melakukan dengan cara mereka, sedangkan bagi mereka yang suka beraktifitas (kinesthetic learner) sediakan aktifitas yang beragam untuk memacu pemahaman mereka. guru harus memahami gaya belajar siswa dengan baik agar aktifitas pembelajaran dilakukan sama rata sesuai gaya belajar siswa masing-masing.
6. Demonstrate empathy
bagi siswa melakukan kesalahan sangatlah wajar karena mereka berada dalam proses pembelajaran. manfaatkan kesalahan siswa untuk memacu mereka belajar. ketika siswa melakukan kesalahan dukunglah mereka agar selalu mencoba dan jangan takut berbuat salah. jangan sekali-kali memarahi atau menjatuhkan mereka ketika mereka berbuat salah karena ini akan membuat mereka malu dan tidak mau mencoba untuk kedua kali.
7. Set appropriate targets/goals
Penting bagi guru untuk memiliki target/tujuan utama dalam setiap aktifitas pembelajaran. tanpa target dan tujuan maka proses pembelajaran akan sia-sia tanpa arah. guru perlu mengatur arah pembelajaran dan memiliki target yang jelas setiap kali ia mengajar karena ini akan menjadi landasan/acuan bagi guru untuk mengarahkan siswa ke sasaran yang tepat. sebuah peluru yang diarahkan tanpa target pasti akan meleset ke arah yang tidak jelas, alhasil sasaran tidak kena dan pelurupun terbuang sia-sia.
8. Regular informal assessment
Dalam aktifitas pembelajaran guru juga perlu memantau kemajuan siswa, apakah mereka mengeti dengan apa yang diajarkan atau tidak sama sekali. sangat sulit bagi guru jika hanya mengandalkan ingatan untuk menilai anak didik, guru perlu membuat catatan kecil (notes) untuk memantau perkembangan siswa. jika diperlukan berikan kuis atau ulangan yang berbentuk tidak resmi setiap sebulan sekali untuk me-review apa yang sudah dibahas didalam kelas. jadi guru memiliki gambaran tentang kemajuan anak didik, jika diperlukan lakukan remedial bagi mereka yang memiliki daya tangkap lemah(low achiever)
9. Give positive feedback
Libatkan siswa dalam setiap kegiatan dan ajak mereka untuk mencoba tanpa takut salah. berikan feedback setiap kali kegiatan berlangsung, tentu dengan umpan balik yang baik yang berbentuk positif. jika mereka melakukan kesalahan jangan menegur didepan kawan-kawan mereka secara langsung tapi berikan contoh yag lain sehingga mereka perlahan belajar dari kesalahan mereka sendiri. berikan mereka arahan yang sesuai dan bimbing mereka setiap kali mereka melakukan kesalahan.
10. Multisensory learning
Guru juga harus siap untuk menggunakan bahan ajar yang berbeda-beda dari sumber yang berbeda pula. jangan hanya terpaku pada satu buku sehingga siswa hanya mendapatkan ilmu yang sangat terbatas. usahakan mengintegrasikan bahan dari sumber yang berbeda dengan tujuan pembelajaran yang relevan dan juga aktifitas yang bervariasi guna menghilangkan rasa bosan bagi siswa. usahakan siswa merasa tertarik dengan aktifitas yang baru dan mereka akan terus mengikuti proses pembelajaran dengan seksama tanpa merasa bosan.
sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/17/menjadi-guru-yang-istimewa-517454.html

Guru Profesional Kunci Sukses Pelaksanaan Kurikulum

Pemerintah akan memberlakukan Kurikulum baru untuk SD,SMP,SMA/SMK (Kurikulum 2013) menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).  KTSP merupakan kurikulum yang memiliki kekhasan tersendiri, dengan memberikan kebebasan  mengembangkan sendiri kurikulum sesuai kebutuhan di sekolah tersebut, dengan mengacu kepada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditentukan pemerintah. Banyak fihak yang menilai bahwa KTSP merupakan kurikulum bagus untuk dikembangkan. Namun ketika Kurikulum yang diberlakukan sejak 2007/2008 itu sedang meningkat kearah “kedewasaan” sekolah, pemerintah menggantinya dengan kurikulum baru.
Pemerintah tentu punya alasan.  “Pilihannya dua, ganti kurikulum dengan konsekuensi ditunding ganti menteri ganti kurikulum, atau kita perbaiki asal memiliki rasionalitas yang jelas,” kata Muhammad Nuh dalam dialog di Studio Metro TV, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (6/12).
Nuh menjelaskan, kurikulum harus berubah karena zaman berubah. Pendidikan dimaksudkan untuk anak-anak didik. Pendidikan diproyeksikan untuk kepentikan masa depan. “Maka harus ada penataan dan penyempurnaan. Agar anak didik tidak menjadi generasi yang usang, tapi generasi yang memiliki kompetensi,” kata Nuh.
Menurut Nuh, setelah dilakukan review di internal Kementerian Pendidikan disimpulkan harus ada penyempurnaan, termasuk jumlah pelajaran masih terlalu banyak dan berat. “Ada juga fenomena tawuran pelajar, korupsi. Ini pasti ada yang salah,” kata Nuh menjelaskan.
Ada dua hal yang saya tangkap dari pernyataan-pernyataan Nuh diatas. Pertama ; Kurikulum berubah  karena tuntutan zaman, Kedua ; Ada yang salah dalam pemberlakuan kurikulum saat ini.
Secara general, saya mengakui argumen itu. Kita tidak boleh tertinggal oleh lajunya zaman. Tapi, pertanyaannya, apakah ketertinggalan zaman (bila dianggap tertinggal) , penyebabnya karena kurikulum yang dianggap tak sesuai zaman ? Apakah ada  penyebab lain ? Kemudian, Mendikbud menilai bahwa sering terjadinya tawuran pelajar, dan korupsi disebabkan oleh kesalahan kurikulum yang sedang berlaku. Pernyataan Nuh tersebut memiliki kebenaran, tapi saya punya penilaian lain.
Sebagai mantan praktisi pendidikan,(11 tahun guru SD, 19 tahun Kepala SD dan 10 tahun Pengawas) , saya melihat sebuah fenomena yang patut ditelusuri, dipelajari dan dicarikan upaya perbaikannya.
Ujung tombak dari seluruh rencana besar dunia pendidikan di manapun ,termasuk di Indonesia, adalah 


Guru Profesional Kunci Sukses Pelaksanaan Kurikulum

GURU. Gurulah yang menjadi “eksekutif utama kurikulum” (Ahmad Sudrajat ; Tentang Pendidikan). Dalam berbagai tulisan ,saya sering menggunakan istilah “substansi pendidikan “ yaitu proses pendidikan dan pembelajaran yang dikelola guru, baik di dalam kelas maupun di luar. Hal itu merupakan pokok. Sehingga semestinya semua kekuatan dan kemampuan (termasuk sarana dan prasarana) harus ditujukan padanya.
Proses pendidikan dan pembelajaran yang saya lihat, dengan sering berganti kurikulum, tidaklah mengalami perubahan yang berarti. Walaupun saya akui, tidak sedikit guru yang melakukan perubahan-perubahan dengan berbagai inovasi bahkan improvisasi. Beberapa tahun lalu, kita sering mendengar cara mengajar dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Cara ini mendorong siswa untuk ‘melakukan” sesuatu pembelajaran dibawah bimbingan guru. Bila cara ini dikembangkan dengan baik, terprogram dan terawasi, saya optimis hasilnya akan sangat bagus.
Dalam tulisan ini, saya ingin mengatakan bahwa untuk mengatasi ketertinggalan dan kesalahan dunia pendidikan kita, bukan pada titik perubahan kurikulum (walaupun kurikulumpun perlu disempurnakan), tapi eksekutif kurikulum itulah yang harus “diperbaiki”.
Ijinkan saya mengutip tulisan Ahmad Sudrajat. “Perlu dicatat, meski memiliki kedudukan sentral dalam pendidikan, keberadaan kurikulum tetap saja hanya sebagai alat (instrumental) yang bersifat statis. Kurikulum akan bermakna ketika benar-benar dapat terimplementasikan dengan baik dan tepat dalam setiap praktik pembelajaran (Kurikulum sebagai kegiatan) serta dapat berjalan efektif dan efisien (Kurikulum sebagai hasil)” (Ahmad Sudrajat : Tentang Pendidikan)
Dengan demikian sesempurna dan sebagus apapun kurikulum,yang diberlakukan,  bila kualitas GURU (dengan berbagai persoalannya), belum sampai kepada tingkatan “guru profesional”, saya pesimis.
sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/17/guru-profesional-kunci-sukses-pelaksanaan-kurikulum-516780.html

Wajah Sistem Pendidikan di Indonesia

Wajah Sistem Pendidikan di Indonesia

Kita sebagai orang tua seringkali mengikutkan anak kita berbagai macam les tambahan di luar sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan lain-lain. Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di sekolah. Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang tua. Benar tidak?
Memang, saat ini kita menganggap tidak cukup jika anak kita hanya belajar di sekolah saja, sehingga kita mengikutkan anak kita bermacam-macam les. Kita ingin anak kita pintar berhitung, kita ingin anak kita mahir berbahasa inggris, kita juga ingin anak kita jago fisika dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kognitif yang baik.
Ini tiada lain karena, pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan. Apa itu? Yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik. Saya mengatakan hal ini bukan berarti pendidikan kognitif tidak penting, bukan seperti itu!
Maksud saya, pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.

Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik. Lalu apa sih pendidikan karaker itu?
Jadi, Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster. Pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik.
Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam pola pendidikan yang diberikan pada anak didik. Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anak didik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.
sumber :http://www.pendidikankarakter.com/wajah-sistem-pendidikan-di-indonesia/
 

Menggugat Sistem Pendidikan Sekolah

senin, 17 desember 2012

Menggugat Sistem Pendidikan Sekolah

Apa sebenarnya peran dan fungsi pendidikan bagi kita? apakah pendidikan sudah sesuai dengan yang semestinya? apakah pendidikan yang kita peroleh sudah optimal?, pertanyaan-pertanyaan itu dan ribuan pertanyaan lain terus berputar dalam otakku tanpa tahu kemana akan bermuara. Berbicara tentang pendidikan sungguh merupakan hal yang semestinya menjadikan kita sebagai mahluk yang bermatabat dan memiliki nilai lebih bagi kita selaku manusia karena dunia pendidikan hanya dapat dilakukan oleh mahluk berjenis manusia, tetapi apakah saat ini yang kita rasakan sebagai manusia yang telah menikmati beberapa level pendidikan apakah ada manfaat yang berarti bagi kita sendiri maupun semua mahluk disekitar kita?. Lantas apa yang bisa kita perbuat dengan ilmu kita setelah kita memperoleh pengetahuan dari lembaga pendidikan tempat kita bernaung beberapa saat.
Tujuan pendidikan adalah sebagai sarana untuk memanusiakan manusia dalam artian pendidikan dapat memberikan kesadaran bagi kita bahwa kita adalah manusia yang hidup sebagai mahluk sosial yang tidak akan pernah lepas dari interaksi dengan sesama dalam berbagai hal. Tetapi sangat disayangkan karena begitu banyak hal yang masih belum sesuai dengan yang semestinya, misalkan pada kondisi yang paling sering kita jumpai seakan-akan pendidikan adalah sebuah komoditas jasa yang membutuhkan banyak pengorbanan baik biaya dan tenaga jika kita ingin menikmatinya. Hal ini sungguh ironis sekali jika masih terus berlaku pada semua level bahkan level terendah sekalipun, sebagai komoditas yang semestinya menjadi kebutuhan primer yang wajib dipenuhi oleh semua manusia lantaran karena kondisi ekonomi yang serba kekurangan sehingga pendidikan tidak lagi menjadi kebutuhan primer tetapi sudah bergeser menjadi kebutuhan sekunder bahkan bisa menjadi kebutuhan tersier.

Melihat kondisi yang seperti itu lama kelamaan pendidikan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang serba ada terus mereka yang hidup pas-pasan bahkan kekurangan tidak akan pernah dapat menikmatinya karena tidak ada biaya yang bisa digunakan untuk membayar sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan akhirnya akan ada peraturan yang menegaskan bahwa "orang miskin dilarang sekolah", jika hal ini terus terjadi lantas dimana keadilan dan peran pendidikan yang dapat memanusiakan manusia. Itu sekelumit tentang penentuan siapa yang berhak menikmati pendidikan dan yang tidak dapat menikmati dunia pendidikan akan tersingkir dengan sendirinya menuju dunia lain yang lebih mengasikkan dan sedikit menghibur kesedihan mereka yang dianggap sebagai kaum tersisih dan terabaikan.
Setelah kita sudah menjadi salah satu pemenang perebutan kesempatan menikmati dunia pendidikan maka selanjutnya kita akan dicetak dengan sistem yang setiap tahun berubah tanpa ada standar pasti apa tujuan yang akan dicapai dan setelah berakhirnya periode pendidikan maka akan berganti lagi kesistem yang lain tanpa ada evaluasi sudah sampai seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai oleh sistem tersebut. Hal ini yang membuat sistem pendidikan menjadi semakin kacau balau dan meresahkan bukan hanya pengajar yang membutuhkan kerja keras untuk menyesuaikan dengan sistem yang terus berubah tetapi para siswa juga lebih bingung lagi dengan cara penyerapan materi yang terus berubah-ubah. Belum lagi masalah adanya pembedaan antara sekolah umum, sekolah kejuruan serta sekolah agama, mengapa harus ada pembedaan yang memisahkan pola pendidikan kita, mengapa tidak disatukan menjadi sebuah sistem yang kompleks dengan memasukkan semua materi dan metode penyampaian materi yang paling efektif sehingga akan memudahkan dalam kontrol dan evaluasi keberhasilan pendidikan kita.
Apakah sistem pendidikan kita sengaja dibentuk untuk menjadikan siswa sebagai salah satu komoditas yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang membutuhkan tenaga muda dan murah dengan sistem kontrak yang dapat merugikan pihak tenaga kerja, karena saat ini dunia pendidikan sudah melenceng dari tujuan awalnya menjadikan pendidikan hanya sebagai alat atau batu loncatan untuk mencari pekerjaan. Jika fungsi pendidikan hanya sebatas sebagai media mencari kerja buat apa kita sekolah bertahun-tahun dengan biaya yang begitu besar, kenapa kita tidak memilih sebuah lembaga yang konsen pada pembinaan dan pemberian latihan kerja dengan materi-materi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja saja yang bisa efektif dalam biaya dan waktu serta kualitas tenaga kerja, toh nyatanya meskipun kita sekolah bertahun-tahun ilmu yang kita pelajari dibangku sekolah hanya berapa persen saja yang berguna dan pasti yang banyak berguna adalah materi yang diberikan saat training pertama setelah diterima seleksi perekrutan tenaga kerja.
Sekian dulu celotehan kritis dan tolol kali ini, masih banyak yang perlu kita bahas mengenai sistem pendidikan kita yang akan bersambung pada lain kesempatan. Semoga celotehan ini dapat sedikit mengusik kita dari zona nyaman agar dapat tergerak untuk sadar tentang kondisi kita dan berceloteh bersama dengan kritis dan tolol. Jangan biarkan pemikiran kritis kita tertutup debu dan jangan takut disebut tolol karena sesungguhnya orang kritis dan tolol sangat tipis bedanya, mereka yang kritis menanggapi sesuatu berdasarkan pengetahuan dan memiliki dasar pemikiran sedangkan mereka yang tolol hanya bisa berceloteh tetapi belum sempat mencari dasar pemikirannya.
sumber : http://bukankpk.blogspot.com/2012/10/menggugat-sistem-pendidikan-sekolah.html